Senin, 29 Juni 2009

my GUESTbook

kawan-kawan,
upload foto kalian dsini yaaaa...
suksma!







Minggu, 28 Juni 2009

A Service Quality Model and its Marketing Implications

When a company desire to develop service marketing model and service management model, we should know about what exactly customer looking for. We need a model which describes how the quality of services perceived by customer, and when we know, we will able to develop service oriented concepts and models more successfully. In marketing point of view, especially in service, there are two main topics is very important. First, define how service quality is perceived by the consumers. And the second one is to determine in what way service quality is influenced.

In marketing concepts, services are products which require high consumer involvement in the consumption process. In the buyer and seller interactions, during the simultaneous parts of production and consumption, the consumer usually will find a lot of resources and activities to notice and evaluate. As an example we could think of an airline company or a provider of conference services. Hence, the customer’s experience of a service can be expected to influence his post consumption evaluation of the service quality which he has experienced.
We can assume the reasonable to state that the perceived quality of a given service will be the outcome of an evaluation process, where the consumer compares his expectations with the service he perceives he has received. The result of this process will be the perceived quality of the service.

Usually, service can be influenced by promise which is creating expectations of the customers and have an impact on the expected service. In promotion mix, advertising can be used in order to give promises to target customers. The perceived service, on the other hand, is the result of the consumer’s perception of the service itself. And we should turn to the issue of how the service is perceived. According to Swan and Comb, the perceived performance of a product can be divided into two sub-processes, namely, instrumental performance and expressive performance. In empirical tests of these concepts and their impact on customer’s satisfaction, made by these two researches and by others, mostly consumer goods have been considered. The tests and the results of them are, however, of considerable theoretical relevance to services too.

The service is basically immaterial and can be characterized as an activity where production and consumption to a considerable extent take place simultaneously. In the buyer-seller interactions the service is rendered to the consumer. Clearly, what happens in these interactions will have an impact on the perceived service. The hotel guest will get a room and a bed to sleep in, the customer of restaurants services will get a meal and the client of a business consultant may get a new organization scheme. This technical outcome of the process is important to him and his evaluation of the quality of the service. The accessibility of a teller machine, a restaurant or a business consultant behavior also can impact the customer’s view of the service. The consumer is not only interested in what he receives as an outcome of the production process, but in the process itself.

The perceived service is the result of a consumer view of a bundle of service dimensions, some of which are technical and some of which are functional in nature. When this perceived service is compared with the expected service, we get the perceived service quality. This schematically illustrated in this picture below.


source: European Journal of Marketing
by Christian Gronroos

The corporate image is the result of how the consumer perceives the firms. Usually, a service firm cannot hide behind brand names or distributors. In most cases the consumers will be able to see the firm and its resources during buyer-seller interaction. The expectations of the consumers are influenced by their view of the company.

When a service firm wants to inform new target markets about its image, traditional marketing activities like image advertising can be the most effective means of doing so. Moreover, if customers in an existing market, for some reason or another, have an image of the firm which does not correspond with reality, traditional marketing activities can again be expected to be an effective way to communicating the real image to the market. However, the image may be also a quality dimension. If consumer believes that he goes to a good restaurant and the meal, for instance, is not perfect, or the behavior of the waiter is irritating, he may still find the perceived service satisfactory. His positive image of the restaurant makes him find excuses for his negative experiences. Obviously, if he is disappointed many times, his image of the restaurant will deteriorate.

So, we may conclude that successful service management mean that attention to improving the functional quality of firm’s services, managing the buyer-seller interaction and also create a powerful marketing function such as interactive marketing. Managing the perceived service quality means that the firm has to match the expected service and the perceived service to each other, to make sure that consumer satisfaction is achieved. There are two things seem to be critical to the service firm in order to keep gap between the expected service and perceived service as small as possible:

1. The promises about how the service will perform given by traditional marketing activities and communicated by word-of-mouth must not be unrealistic when compared to the service the consumer eventually will perceive.

2. Managers have to understand how the technical quality and the functional quality of a service is influenced and how these quality dimensions are perceived by the consumers.


source picture:http://www.strategicmarketingmontreal.ca

Strategi Marketing FACEBOOK

Pada perkembangan arus informasi dan teknologi, saat ini muncul sebuah tren baru yaitu terbentuknya komunitas sosial secara online. Pergeseran ini terjadi sebagai realitas bahwa interaksi sosial tidak hanya dapat dilakukan dengan cara konvesional yang melibatkan kontak fisik, namun juga dapat menggunakan media dan internet sebagai wadahnya. Bagi para pemasar, ini merupakan sebuah peluang baru. Perubahan gaya hidup menyebabkan konsumen menginginkan segala sesuatu yang lebih instant dan efisien.

Sebuah perusahaan yang muncul dengan konsep baru dalam bidang komunitas sosial online ini adalah Facebook. Facebook merupakan jaringan komunitas sosial yang memiliki keunggulan dalam bidang bisnis, dan berkembang secara cepat setiap hari. Facebook pertama kalinya diperkenalkan pada Februari 2004, dan awalnya hanya terbatas bagi Mahasiswa Harvard, Amerika Serikat. Seiring waktu, keanggotaannya merambah ke kampus-kampus lainnya, dan pada akhirnya jaringannya berkembang hingga ke sekolah-sekolah serta ke wilayah geografis lainnya. Berikut ini statistik tentang data terbaru dari Facebook menurut Farrel (2009):

1) lebih dari 140 juta anggota aktif, dengan pertumbuhan yang paling cepat adalah dari segmen demografi konsumen berumur 25 tahun keatas,
2) kurang lebih sekitar 2,6 milyar menit dipergunakan untuk berinteraksi dalam Facebook sehari oleh para anggota diseluruh dunia,
3) lebih dari 13 juta orang anggota memperbaharui status mereka, sedikitnya satu kali sehari,
4) lebih dari 15 juta bagian dari konten isi, seperti web links, berita, postingan blog, catatan, dan foto dibagi keadalam halaman Facebook setiap bulannya,
5) lebih dari 2 juta acara khusus dibuat setiap bulannya,
6) lebih dari 19 juta anggota tergabung secara aktif didalam grup yang ada pada Facebook.

Meskipun bukan sebagai yang pertama, namun dalam perkembangannya Facebook mampu merebut konsumen dari para pesaingnya, seperti MySpace, Bebo, Friendster, LinkedIn, Tagged, Hi5, Piczo, dan Open Social. Khusus untuk di Indonesia, saat ini Facebook telah mengalahkan pesaing terdekatnya yaitu Friendster sebagai jaringan komunitas sosial online yang sebelumnya menguasai pasar Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari statistik berikut ini.

Gambar 1. Grafik Harian Facebook VS Friendster

Sumber: http://google.com/trends

Member Friendster di Indonesia didominasi wanita sebesar 55 %, dan pria 45 %, dan dari kalangan muda berusia 16–30 tahun. Tapi pada kenyataannya, banyak juga pemilik keanggotan Friendster yang berusia lebih dari 30 tahun. Meskipun jaringan sosial berbasiskan web sebetulnya dipelopori oleh Facebook, namun Friendster adalah yang pertama yang bisa memuat banyak foto dan penyesuaian dari segi kontennya. Persaingan kemudian juga diwarnai oleh situs sejenis, seperti Multiply, Hi-5, dan situs yang memiliki massa besar di negara asalnya seperti CyWorld (Korea), Xiaonei (China), bahkan di Indonesia sebuah situs bernama temanster.com yang juga mengadaptasi konsep yang sama.

Jauh sebelum Facebook tenar seperti sekarang ini, Friendster adalah situs jejaring sosial pertama yang sangat besar dan menguasai pasar Amerika. Tetapi masalah teknis yang melanda Friendster di tahun 2004 mengakibatkan mereka kehilangan banyak pengguna yang beralih ke MySpace dan setelah itu Facebook muncul. Sejak saat itu Friendster perlahan mulai kembali bangkit dan diselamatkan oleh para pengguna Friendster di wilayah Asia. Diperkirakan sekitar 78 persen dari 80 juta pengguna Friendster berasal dari negara-negara di Asia seperti Filipina, Indonesia, Hong Kong, Singapura dan Malaysia. Facebook masih belum begitu terkenal di Indonesia, walaupun sedikit demi sedikit Facebook semakin menggerus pangsa pasar Friendster.
Secara umum, saat ini Facebooks berkembang menjadi sebuah komunitas jaringan sosial online yang jumlah penggunanya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Facebook menekankan pelayanannya pada kemudahan untuk menjalin keterhubungan antar para konsumennya secara online dan menyederhanakan hubungan antara perusahaan dengan konsumennya dalam jangka panjang.

RUMUSAN MASALAH
Facebook saat ini telah menjadi sebuah jaringan komunitas online yang sangat besar. Dengan kecenderungan adanya pergeseran gaya hidup manusia yang saat ini memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, bisnis, dan membangun relasi, bagaimana strategi internet marketing yang digunakan Facebook untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang? Ataukah Facebook dikemudian hari akan menjadi seperti Friendster yang mulai ditinggalkan penggunanya karena adanya pesaing baru yang menawarkan berbagai kelebihan pelayanan dan fitur-fitur baru?

PROFIL PERUSAHAAN
Pada 4 Februari 2004, Mark Zuckerberg meluncurkan Facebook yang merupakan jaringan komunitas online yang sast itu hanya diperuntukkan bagi bagi mahasiswa Harvard. Dalam dua minggu pertama semenjak peluncurannya, Facebook mendapat sambutan hangat, separuh sekolah di Boston mulai meminta jaringan Facebook. Zuckerberg dengan segera merekrut temannya yaitu Dustin Moskowitz dan Chris Hughes untuk membantu membangun Facebook, dan dalam waktu empat bulan Facebook menambah lagi 30 jaringan kampus.
Nama Facebook sendiri sebenarnya mengacu pada kata “paper facebooks” yang menggambarkan cara untuk saling mengenal satu sama lain dalam komunitas kampus dan sekolah. Facebook kemudian diedarkan kepada setiap mahasiswa sebagai cara bagi mahasiswa untuk berkenalan dengan teman sekelas mereka. Zuckerberg mendirikan Facebook saat ia masih berada di Harvard.

Dengan keberhasilan ini, Zuckerberg, Moskowitz dan Hughes memindahkan kantornya ke Palo Alto selama musim panas. Setelah beberapa minggu, Zuckerberg bertemu dengan mantan anggota pendiri Napster, Sean Parker. Parker segera pindah ke apartemen Zuckerberg dan mereka mulai bekerja bersama. Parker kemudian mengenalkan Zuckerberg kepada penanam modal pertama mereka, Peter Thiel, yang merupakan anggota pendiri PayPal dan pengelola The Founders Fund. Thiel kemudian menginvestasikan $500.000 ke dalam Facebook.
Friendster yang saat itu memiliki jutaan lebih banyak pemakai mencoba mengakuisisi perusahaan senilai $10 juta pada pertengahan 2004. Facebook menolak tawaran tersebut, kemudian sesudah itu menerima $12,7 juta dalam bentuk modal dari Accel Partners, dengan nilai sekitar $100 juta. Facebook terus bertambah besar, terbuka kepada siswa sekolah tinggi pada September 2005 dan menambahkan fitur berupa fasilitas memuat foto pada bulan berikutnya. Musim semi berikutnya, Facebook menerima $25 juta dalam bentuk pembiayaan dari Greylock Partners dan Meritech Capital, yang merupakan penanam modal Accel Partners dan Peter Thiel. Nilai untuk transaksi ini adalah sekitar $525 juta. Setelah itu Facebook dibuka untuk jaringan yang luas, dan akhirnya mengumpulkan lebih dari 20.000 jaringan. Akhirnya pada September 2006, Facebook yang dibuka kepada siapa saja dengan alamat email.
Pada musim panas 2006, Yahoo mencoba mengakuisisi perusahaan sebesar $1 milyar. Dari beberapa laporan menunjukkan bahwa Zuckerberg membuat persetujuan lisan untuk menjual Facebook kepada Yahoo. Selang beberapa hari setelah harga saham Yahoo mengalami penurunan, tawaran direndahkan menjadi $800 juta dan akhirnya Zuckerberg menolak transaksi tersebut.

Meskipun ada beberapa kontroversi yang masih berlanjut, pertumbuhan Facebook pada tahun 2007 sangat mengejutkan. Tercatat lebih dari 1 juta orang anggota baru mendaftarkan diri setiap minggu, 200.000 per hari, dengan jumlah keseluruhan di atas 50 juta orang pemakai aktif. Facebook menerima 40 milyar pengunjung halaman untuk setiap bulannya. Sekitar 11% dari anggota yang mendaftarkan dalam Facebook merupakan segmen dari umur 35 tahun, dan segmen anggota Facebook yang semakin meningkat paling cepat adalah pemakai di atas umur 30 tahun. Facebook juga sudah mengalami pertumbuhan yang sangat besar dan cepat dalam skala internasional. Sekitar 15% dari keseluruhan pemakai Facebook terdapat di Kanada. Konsumen yang menggunakan layanan Facebook dari waktu ke waktu semakin ketagihan terhadap Facebook. Lebih dari separuh yang pemakai Facebook melewatkan rata-rata sebanyak 19 menit sehari di Facebook. Dengan hal ini, Facebook menjadi situs ke enam yang paling diperdagangkan di Amerika Serikat dan menempati tempat pertama sebagai situs yang dapat membagikan foto dengan kurang lebih 4,1 milyar foto yang telah dimuat.

Berdasarkan perolehan angka-angka tersebut, Microsoft menginvestasikan $240 juta ke dalam Facebook atau sebesar 1,6 persen dari perusahaan pada Oktober 2007. Ini berarti bahwa penilaian terhadap Facebook adalah sebesar $15 milyar, menjadikan Facebook sebagai perusahaan Internet ke-5 yang paling berharga AS, selain itu Facebook juga membukukan $150 juta dalam bentuk pendapatan tahunan. Banyak yang menerangkan bahwa keputusan Microsoft tersebut sesemata-mata didorong oleh keinginan untuk mengalahkan Google dalam menawar nilai Facebook.

Berikut ini disajikan pertambahan jumlah pengguna Facebook dari tahun 2004 hingga 2007.

Gambar 2. Pertumbuhan Pengguna Facebook Periode Januari 2004 – September 2007

Sumber: http://crunchbase.com


INTERNET MARKETING
Internet menjadi sebuah gerbang yang membuka dunia menjadi tidak terbatas lagi antar satu daerah dengan daerah lainnya. Internet menyebabkan arus informasi dan pergerakan dunia bisnis menjadi semakin kompleks dan dinamis. Bagi seorang pemasar, internet menjadi sebuah senjata yang bila dimanfaatkan dengan benar dapat berfungsi sebagai kekuatan yang tidak terbatas dalam membangun merek. Salah satu strategi pemasaran dengan menggunakan kekuatan internet adalah menciptakan sebuah jaringan komunitas online. Seperti halnya merek Harley Davidson, komunitas akan menciptakan sebuah loyalitas yang kuat terhadap merek.
Clawson (2008) menyebutkan bahwa komunitas sosial saat ini menjadi semakin besar karena jaringannya yang sederhana dan hal ini tidak dapat dihindari oleh para pemasar, karena dalam sebuah jaringan komunitas sosial yang terhubung secara online terdapat jutaan calon konsumen potensial. Ini terkait dengan upaya mengelola sebuah merek, berdialog dengan konsumen daripada memberikan mereka penawaran produk secara konvensional. Lebih lanjut lagi, lingkungan komunitas sosial online selalu berubah, dan oleh sebab itu, para pemasar harus waspada dalam mengelola konsumen yang tergabung dalam komunitas sosial online tersebut.

Menurut Cravens dan Piercy (2009), ada beberapa pertimbangan bagi perusahaan dalam menetapkan internet sebagai media dalam perumusan strategi pemasaran mereka, antara lain:

1) menciptakan kesadaran dan ketertarikan. Internet menjadi sebuah peluang untuk membantu perusahaan dalam membangun kapabilitas merek perusahaan,

2) memberikan informasi. Menyediakan produk dan layanan melalui internet pada dasarnya merupakan sebuah hal yang penting bagi perusahaan dalam membangun keunggulan bersaing dalam pasar yang semakin global. Internet akan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan kontak secara langsung bagi perusahaan dan konsumen,

3) mendapatkan infomasi riset. Internet menjadi sangat efektif dari segi biaya. Sebagai contoh adalah informasi berupa profil pribadi dari konsumen. Hal ini dapat secara langsung menjadi database perusahaan dalam fungsi CRM (Customer Ralationship Management),

4) membangun merek. Akses secara langsung kepada konsumen merupakan sebuah peluang untuk membangun merek dibandingkan dengan media konvensional lainnya. Namun, hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar adalah bagaimana menciptakan halaman situs yang menarik bagi konsumen,

5) meningkatkan customer service. Internet menyediakan kesempatan pelayanan pasca penjualan. Seperti misalnya Dell Inc. yang menawarkan pelayanan dalam jangkauan wilayah geografis yang luas, sehingga akan meminimalisir terjadinya keluhan terhadap pembelian barang atau jasa.

Kedepannya internet akan menjadi hal yang tidak dapat dihindari lagi dalam dunia bisnis. Ada keyakinan bahwa meskipun perkembangan dunia bisnis cenderung dinamis dan selalu berubah-ubah, teknologi digital secara efektif akan dapat mengurangi biaya dari aktivitas pemasaran. Ini menjadi sebuah hal yang penting bagi setiap pemasar untuk dapat menggunakan internet sebagai media yang membantu perusahaan dalam merancang barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

PENERAPAN STRATEGI INTERNET MARKETING PADA FACEBOOK
Kaempffer (2009) menyebutkan bahwa strategi untuk membentuk sebuah jaringan komunitas yang besar adalah dengan menggunakan kekuatan jaringan internet dan menghubungkan banyak orang melalui website. Melalui sebuah situs internet maka pemasar akan secara langsung dapat menarik orang untuk menjadi konsumen. Pernyataan tersebut sesuai dengan strategi pemasaran yang digunakan oleh Facebook dengan menggunakan media internet dalam membangun mereknya menjadi situs komunitas online yang dalam beberapa tahun ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Misi dari Facebook adalah “Give people the power to share and make the world more open and connected”. Menurut COO Facebook, Sheryl Sandberg (businessweek.com), Facebook merupakan bisnis yang bergerak dalam bidang periklanan dengan menggunakan kekuatan internet sebagai medianya. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa para pemasar di seluruh dunia memerlukan berbagai macam usaha untuk menjual barang dan jasa, dan para pemasar harus mampu menghasilkan sebuah layanan dalam proses penyampaiannya. Para pemasar tentunya telah memperhitungkan tempat dan waktu dimana konsumen cenderung menghabiskan waktu mereka. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini kurang lebih sebesar 28% hingga 29% orang-orang menghabiskan waktunya secara online, dan dari persentase sebesar itu, sekitar 8% hingga 10% yang benar-benar membelanjakan uang mereka secara online. Sehingga ada kecenderungan terjadinya peluang yang sangat besar terhadap migrasi perputaran uang secara online karena pergeseran gaya hidup konsumen yang dipengaruhi oleh teknologi.

Facebook memiliki keyakinan bahwa loyalitas konsumen dapat muncul ketika terbentuk sebuah komunitas. Komunitas Facebook pada awalnya terbentuk melalui adanya group preference. Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh perusahaan menjadi sebuah strategi marketing dengan menggunakan kekuatan internet sebagai medianya. Facebook menciptakan sebuah produk berupa layanan yang dibutuhkan oleh segmen pasar yang disasar, menentukan bagaimana memposisikan layanan mereka untuk dapat berbeda dengan para pesaingnya, dan menciptakan strategi dalam penerapan pemasarannya. Terbentuknya komunitas menjadi sebuah kekuatan besar dalam mengkampanyekan perusahaan. Para pengguna Facebook akan menjadi tenaga sales gratis bagi perusahaan. Semakin besar konsumen yang mendaftar sebagai pengguna Facebook, semakin banyak orang-orang yang mereferensikan Facebook kepada lingkungan sekitarnya maka akan semakin besar komunitas yang terbentuk. Hal ini kemudian berujung pada terciptanya loyalitas para pengguna Facebook terhadap perusahaan dan semakin banyak konsumen yang loyal terhadap Facebook maka akan semakin banyak pula perusahaan atau perorangan yang tertarik untuk memasang iklan di halaman Facebook. Selain biaya iklan yang relatif lebih murah daripada media konvensional, media internet juga dapat merambah lingkup geografis yang luas.

Hal ini yang kemudian dilihat sebagai sebuah peluang oleh Facebook, dengan melakukan strategi pemasangan iklan agar lebih efektif, baik bagi para pemasang iklan maupun konsumen sasaran. Sesuai dengan misi perusahaan, Facebook menghubungkan antara pengguna Facebook dengan perusahaan yang memasang iklannya di Facebook, namun dengan berbagai upaya agar iklan tersebut tidak mengganggu privasi anggota Facebook.

Facebook memiliki keyakinan bahwa iklan dapat dipadukan secara positif dengan pengalaman perusahaan ataupun konsumennya. Ketika para pengguna menggunakan Facebook sebagai layanan dalam menjalin jaringan sosialnya secara online, para pengguna Facebook akan dapat menemukan iklan yang terintegrasi secara langsung dengan pengalaman yang dimiliki oleh para anggotanya. Sehingga, di Facebook tidak ada banner yang besar sebagai tempat untuk memajang iklan seperti pada situs internet lainnya, namun yang dimiliki Facebook adalah berupa iklan yang berdasar teks yang benar-benar berdasarkan atas sebagian pengalaman dari anggotanya.

Misalnya saja pada hari Valentine, Honda (HMC) memberi hadiah berupa boneka hati kecil dengan tulisan "hati Anda sudah penuh, oleh sebab itu tangki anda sebaiknya juga penuh". Boneka hati tersebut merupakan hadiah yang diiklankan oleh Honda. Mereka membayar sebesar 750 untuk melanjutkan iklan tersebut kepada orang lainnya. Oleh sebab itu 750.000 orang memberikan boneka hati ini kepada 750.000 orang lain. Lalu efek yang kemudian ditimbulkan adalah percakapan tentang Honda, berbicara tentang mobil Honda, beberapa hal menarik yang sedang diluncurkan oleh Honda, dan hal ini akan menciptakan lebih dari 200 juta kesan tentang Honda. Oleh sebab itu, iklan dalam Facebook tidak menyerupai iklan-iklan besar yang biasanya ditemukan oleh para pengguna internet pada situs lainnya, namun apa yang para pengguna Facebook lihat adalah sebuah news feed stories. Sehingga pengalaman mengiklankan itu sendiri sangat diintegrasikan ke dalam pengalaman Facebook.

Iklan dalam Facebook tidak sama dengan iklan pada televisi. Iklan dalam halaman Facebook sebagian memberikan kesempatan bagi penguna Facebook untuk tersambung secara langsung. Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada para pengguna Facebook agar membagikan pengalaman mereka dan turut serta membagikannya kepada jaringan komunitasnya di Facebook, karena hal yang utama yang didapatkan oleh para pengguna di Facebook adalah pengalaman dalam berinteraksi.

Untuk implementasinya, para pemasang iklan yang ingin memanfaatkan Facebook dalam berpromosi dapat menciptakan iklan yang bisa diisi dengan panjang melebihi text ads pada umumnya, iklan berbasis CPC (Pay Per Click), dan dapat menentukan target country ataupun segmen demografis dari iklan tersebut. Prosedurnya adalah menunggu terlebih dahulu agar iklan tersebut ditinjau oleh tim Facebook, dan ada banyak aturan yang harus dipenuhi, bahkan para pemasang iklan tidak boleh menyebut kata Facebook di dalam iklannya. Sistem anggaran pada Facebook juga mirip dengan Google Adwords, artinya para pemasang iklan yang menentukan anggaran harian dan bulanannya sendiri. Selain itu, pemasang iklan juga dapat menentukan kuta kunci yang akan dimasukkan.

Untuk di Indonesia, pasar Facebook terus meningkat, data statistik tentang situs terbaru di Indonesia saat ini mencatatkan Facebook menempati posisi 3 dan Friendster di posisi 5 (alexa.com). Berikut ini ditunjukkan perkembangan jumlah pengguna Facebook di Indonesia.

Gambar 3. Grafik Pengguna Facebook di Indonesia Februari – Maret 2009

Sumber: http://alexa.com


Gambar 4. Grafik Pengguna Facebook di Indonesia Berdasarkan Gender dan Usia

Sumber: http://alexa.com

Untuk perkembangan selama Februari hingga Maret 2009 terlihat bahwa pengguna Facebook meningkat sangat drastis. Jika diperhatikan dari grafik diatas terlihat bahwa mayoritas pengguna Facebook merupakan golongan antara umur 18 tahun hingga 25 tahun, atau dikategorikan sebagai golongan pelajar dan mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai generasi yang terbuka terhadap perubahan serta memberikan pengaruh besar dalam sebuah keluarga. Pada peringkat kedua adalah golongan dengan umur 26 tahun hingga 34 tahun. Golongan ini biasanya lebih menggunakan Facebook sebagai sebuah media untuk menjalin relasi bisnis dan keperluan bisnis lainnya.

Dengan statistik diatas, posisi Facebook di Indonesia semakin kuat meninggalkan saingan terdekatnya, yaitu Friendster. Ada beberapa inovasi dalam Facebook yang menjadi faktor utama yang membedakan Facebook dengan Friendster, namun bukan berarti Friendster tidak punya faktor tersebut, hanya saja dalam hal ini, inovasi yang dilakukan oleh Friendster terlihat sebagai follower sehingga tidak menciptakan sebuah nilai tambah bagi penggunanya. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) adanya pilihan layanan berbahasa Indonesia,
2) mobile version (dapat digunakan pada browser ponsel, seperti opera mini),
3) aplikasi mandiri (aplikasi ringan untuk diinstal di smartphone ataupun blackberry),
4) disain Facebook cenderung lebih “rapi” dan “bersih” dibandingkan dengan Friendster yang “meriah”
5) tren Friendster mulai tergantikan oleh Facebook diakibatkan oleh publisitas berbagai media semenjak dimulainya kampanye Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, yang menggunakan beberapa media jaringan komunitas online seperti Facebook, namun Obama tidak menggunakan Friendster. Hal ini juga didukung oleh pemberitaan di berbagai media tentang beberapa artis yang juga menggunakan Facebook.

Kekuatan internet juga memudahkan Facebook untuk mengintegrasikan dirinya dengan beberapa situs, jaringan komunitas, serta blog seperti Amiando, CBS.com, CitySearch, CNET, CollegeHumor, Disney-ABC, Evite, Flock, Hulu, Kongregate, Loopt, Plaxo, Radar, Red Bull, Seesmic, Socialthing!, StumbleUpon, The Insider, Twitter, Uber, Vimeo and Xobni. Semakin terintegrasi sebuah situs dalam dunia internet, maka kekuatan jaringannya akan semakin besar. Hal ini menjadi sebuah efek multiplier bagi Facebook, seperti halnya Google yang saat ini menjadi situs terbesar karena dikenal oleh pengguna internet di seluruh dunia yang disebabkan oleh kekuatan jaringannya. Integrasi yang tersambung secara luas mendukung Facebook untuk dapat secara terus menerus melakukan inovasi pelayanan yang memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk menyebarkan profil identitasnya, menciptakan kekuatan dalam menjalin hubungan tanpa mengenal batasan wilayah geografis, dan menjadi sebuah media bagi individu untuk mengenalkan dirinya kepada dunia.

Ada beberapa fitur-fitur dan aplikasi yang ditawarkan Facebook sebagai sebuah nilai tambah dibandingkan dengan pesaingnya, yang memungkinkan para penggunanya lebih mudah dalam berinteraksi satu dengan lainnya, antara lain:
1) wall, yaitu ruang bagi para pengguna untuk menulis pesan kepada sesama pengguna yang telah terjalin dalam komunitas Facebook,

2) photos, merupakan fasilitas bagi pengguna Facebook untuk memuat album ataupun foto kedalam profil pribadi mereka. ini merupakan fitur favorit dari para pengguna Facebook, karena dibandingkan dengan Friendster, Facebook memberikan kapasitas yang tidak terbatas bagi konsumennya untuk memuat foto kedalam Facebook, dan juga memberikan kapasitas foto yang lebih lebih besar bagi pengguna untuk memuat fotonya. Selain itu, dalam fitur ini para pengguna Facebook diberikan sebuah kemampuan untuk men-“tag”, yaitu fasilitas untuk menandai teman-teman dalam sebuah komunitas dalam foto mereka yang kemudian akan nama orang-orang yang ditandai dalam foto tersebut akan diberikan ijin untuk dapat ikut serta menyimpan foto tersebut dalam album pribadi mereka,

3) status, fitur yang menginformasikan tentang sebuah aktivitas yang sedang dilakukan oleh seorang pengguna Facebook kepada orang-orang yang ada dalam daftar komunitasnya,

4) news feed, merupakan fitur yang menginformasikan setiap kejadian yang terjadi dalam interaksi dalam sebuah komunitas dalam Facebook. Informasi berupa aktivitas terbaru para penggunanya, komunikasi antar pengguna Facebook, hingga pada peristiwa terbaru, hari ulang tahun teman, hingga hal-hal yang terkait pada perubahan profil seorang pengguna. Fitur ini pada awalnya menimbulkan ketidakpuasan para pengguna Facebook karena seringkali memunculkan informasi-informasi tentang sebuah aktivitas individu yang seakan-akan membuka privasi aktivitas mereka kepada lingkungan komunitas, dan fitur ini juga terkesan berantakan. Zuckerberg kemudian mengeluarkan permintaan maaf untuk banyak keluhan tersebut, dan mencoba untuk membuat fitur ini dengan menyesuaikan menurut keinginan konsumennya,

5) notes, adalah fitur seperti sebuah blog yang memfasilitasi para pengguna Facebook untuk dapat menulis tentang berbagai hal, mulai dari cerita keseharian mereka, berbagi informasi, ataupun berkisar tentang sebuah pengetahuan baru. Pengguna fasilitas notes dalam Facebook juga dapat langsung terhubung untuk memasukkan notes mereka ke situs-situs blog seperti Xanga, LiveJournal, Blogger, dan beberapa situs yang menyediakan layanan blog lainnya,

6) instant messanging, adalah fasilitas yang memberikan layanan untuk “chat” secara langsung dalam Facebook. Fasilitas ini sama halnya seperti Yahoo Messengers yang dapat secara langsung menjembatani komunikasi secara online,

7) gift, merupakan fitur yang mengijinkan pengguna Facebook untuk mengirimkan hadiah secara virtual kepada teman dalam komunitas mereka.

Hal yang terus bisa dilakukan oleh Facebook untuk tetap menjaga loyalitas penggunanya adalah dengan terus melakukan inovasi pada fitur-fitur dan aplikasi yang mendukung kebutuhan dan keinginan konsumennya dalam berinteraksi dalam media internet. Cara ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya pesaing baru dengan inovasi pelayanan yang mencoba untuk merebut konsumen Facebook.

KESIMPULAN
Penerapan strategi internet marketing pada Facebook menjadikan Facebook sebagai merek jejaring komunitas sosial online yang besar saat ini. Meski bukan yang pertama, namun kelihaian perusahaan dalam menganalisis kebutuhan dan keinginan konsumen dengan menciptakan fitur-fitur layanan yang tidak ada pada para pesaingnya menjadi sebuah nilai tersendiri bagi Facebook.

Internet menjadi sebuah kekuatan yang besar bagi Facebook. Dengan media internet, perusahaan menciptakan tempat bagi manusia di seluruh dunia untuk dapat berinteraksi, untuk saling berkomunikasi, dan terhubung satu sama lainnya. Terciptanya komunitas akan menciptakan kekuatan promosi gratis bagi perusahaan. ditambah lagi bahwa komunitas tersebut tersebar di seluruh dunia, maka aktivitas promosi oleh para pengguna Facebook akan terjadi di seluruh dunia setiap harinya.

Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan seiring bertambah besarnya komunitas dalam Facebook dalam menjaga agar konsumen tetap loyal seumur hidup. Berbagai cara dapat dilakukan seperti misalnya riset secara langsung dengan konsumen pengguna Facebook karena dengan internet perusahaan dapat tersambung secara langsung dengan konsumen dan mendapatkan timbal balik secara cepat. Inovasi harus terus menerus dilakukan perusahaan untuk menciptakan nilai diferensiasi perusahaan dibandingkan pesaing, menciptakan nilai tambah yang melebihi ekspektasi konsumen, serta mempertahankan keunggulan kompetitif dalam industri komunitas online tersebut.

Semakin besar komunitas, semakin loyal konsumen dalam komunitas dalam jaringan tersebut, maka akan semakin banyak perusahaan ataupun instansi yang akan memanfaatkan Facebook sebagai media bagi mereka untuk memasang iklan. Dalam jangka panjang hal ini dapat berarti semakin kuatnya merek Facebook dan dapat berarti keuntungan bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

POSITIONING STRATEGY OF COCA-COLA ZERO

In the beginning of 1990, Al Ries and Jack Trout, the master of positioning, mentioned that the extension of the line of the big possibility of being not successful. Created the new taste or the new package not a method that was ideal to support the market share. Ries and Trout also mentioned that the easiest way for a brand success in positioning their self on the customer's mind are if they had one or two special word that hid in the consumer's mind. For example, Volvo that was identical to “safety”, Sony was identical to “Innovation” or Coca-Cola with “the real thing”.

According to Ries and Trout, the step in Coca-Cola that previously created the Coke Diet will tend to confuse the consumer because of the Coke Diet not “the real thing”. The consumer's reason for drinking Coca-Cola was because of the height of the level of sugar that was contained by him, and so that made Coca-Cola as “the real thing”.

Afterwards, some time before, Coca-Cola again created the new product with the make of “Coca-Cola Zero” with 100% of Coca-Cola, 0% of the level of sugar and calorie. That was strange was, evidently Coca-Cola Zero was not far was different from the Coke Diet. However, Coca-Cola stressed that Coca-Cola Zero will not be influential towards the Coke Diet; because of the target market is different.

Coca-Cola apparently still stayed insisting to endorse the name of their brand to make in carrying out the extension of the line. In fact, inputs from the media said that the step could plunge this famous make. Al Ries then said that by being launched Coca-Cola Zero, positioning about “the real thing” could be increasingly will be lost on the consumer's mind.

PROBLEM BACKGROUND

There are two reasons why a company launches new product development, for line extension or brand extension. The first reason is for revenue growth, and the second one is to make brand image strongest than before. Coca-Cola Zero will be aimed at consumers in their late teens and early-to-mid-twenties, who currently are not major consumers of diet soft drinks. Although young adults say they have a strong interest in consuming food and drinks products that help maintain physical health, they are still less likely than older consumers to actually buy diet-specific products.

A major reason for this is that most diet products available are not cool. Diet Pepsi was explicitly marketed at middle-aged Americans for many years, with advertising campaigns encouraging them to relive their youth; Diet Coke is similarly associated with the iconic Diet Coke Break campaign aimed at female office workers.

Coca-Cola will have a challenging job positioning Coca-Cola Zero more effectively to 18-24s, who are the hardest consumer group to target through conventional marketing campaigns. Having grown up in a media-saturated world, they are skeptical of brands, and do not believe that advertising addresses their needs as individuals.

The company will need to make the maximum possible use of word-of-mouth, viral and Internet marketing, to ensure young adults gain a favorable view of Coca-Cola Zero from people they trust. Aligning these efforts with a credible mass media campaign should help drive adoption from trendsetters to more regular young consumers.

Coca-Cola Zero will also need to be clearly differentiated from the thousands of other carbonated soft drinks on the market - but even this will not be enough. The crucial question over this drink's success is whether it accurately and directly meets young adults' specific need states. Unless Coca-Cola makes a compelling proposition that it does, then Zero risks living up to its name.

ANALYSIS

1. POSITIONING

The important key in interacting with the consumer was by knowing everything that was wanted by the consumer to fill the consumer's satisfaction. The era of the public's market, together with the change in the condition for the economy as well as the development of technology changed the behavior of the consumer in consuming the thing and or the service. The consumer began to compartmentalize himself became more heterogeneous so as to become the task of the company of knowing the wish and the requirement for the consumer as well as follow up by producing the thing and or the service that could satisfy the requirement and the consumer's wish in accordance with the consumer's appetite.

The existence of the too heterogeneous consumer caused the company to have to group the consumer with identified the market part that was able to be served. Further the company will become more selective in serving the consumer who became the potential market. Most companies chose one or more the available segment afterwards developed the product as well as the marketing strategy and the promotion mix that were drafted to respectively the segment in accordance with their characteristics.

When the company determines how many the segment of the market that will be serving as the potential market, then the marketer must evaluate these segments as well as identified the indicator that became the attraction of the segment as well as the aim of the company and the company's resources. According to Kasali (2004) defined the targeting process was the problem how chose, selected and covered the market.

After segmenting and targeting, then next is process to positioning the product. According to Kotler (2004) positioning was all the efforts to design the product and the make in order to be able to occupy a position that was unique on the consumer's mind where eventually results of the end of positioning was encouraged the creation the proposition the just right value, that became the reason for the consumer to buy.

According to Trout (2004) positioning is the framework concerning how the head of humankind worked in the process of communication. According to Hiebing and Cooper in Rhenald Kasali (1998) defined positioning as the activity to develop the perception of the producer's product in the relative target market towards the competition.

Based on the definition above, positioning is about how the company looked for the belief that was related to the existence creation of a product in the consumer's mind and guided the consumer fully the credibility. Positioning not just persuaded and created the image in the consumer mind, but also about how to stealing consumer's belief. Because in the free trade era like at this time, the consumer could be no longer managed so as they must be guided in order to become the fanatical and loyal consumer.

2. POSITIONING ELEMENTS
Related with the definition positioning that was untangled by Trout (2004), there are five elements that must be paid attention to by the marketer in carrying out the strategy positioning, such as:

1) The consumer’s head is limited
The head of humankind is like a computer memory where each head of humankind had the place for each piece of information that was maintained. However had one difference, the computer must receive any that were placed by us inside. The head is not. The brain refused each kind of new information that did not make sense. The brain only accepted new information that in accordance with proceeding thinking.

2) The head of the consumer hated confuse
Humankind really relied experience compared other species. The complicated information about product often confusing caused the consumer refuse the product. The consumer liked that was simple. They wanted something that will work with simple instruction.

3) The head of the consumer tended hesitant
The Head of humankind tended emotional, irrational. Why did the consumer buy what was bought? Why did the consumer put forward the certain behavior in market? When we asked people, why they bought the certain product, the answer usually inaccurate? That possibly was significant that they actually knew, but reluctantly informed the reason actually.

4) The head of the consumer is not change
Always had a general view in the marketing industry that the product advertisement ought to just generate the interest was bigger compared to the advertisement for established makes? However evidently we actually more were impressed in what was known by us (or that was bought by us), not in what “new”.

5) The Head of the consumer could loosing focus
In the past, most of famous brand were really considered to be great by the consumer. The head, like a camera, had the picture been very sharp about any makes of his favorite. However, together with passing of time, when other brand of products flooded into the market, then the perception that was clear in the head of the consumer began to lose the focus.

3. TO BUILD POSITIONING
Basically, positioning was a promise that must be kept by the company to his customer. The company's capacity to keep their promised was the part that was vital from the strategy positioning because positioning that was exact was the factor that was very important for the success of the product, the make and the company's fate of the end.

According to Kartajaya (2004) there are four criteria to build positioning, such as:
1. Based on the study of customer
Positioning must be perceived positively by the consumer and became their reason to buy. This will happen if positioning that was applied could describe the value to consumer, because positioning could describe the value to the consumer then will become the important determiners for the consumer at the time of decision to buy.

2. Based on the study of capability and the internal strength of the company
Positioning ought to reflect the strength and the competitive superiority of the company. So as to cultivate the credibility in the consumer point of view.

3. Based on the study of competitor
Positioning must unique, so as could easily to differentiate itself from the competitors. The benefit becoming unique is, competitor will difficulty to copy, so the positioning can be remain in the long term.

4. Based on the study of business environment changes
Positioning must be continuous and always adjusted to various changes in the competition, the behavior of the customer, and also the change of social-culture.

4. WAYS OF POSITIONING
Apart from using the attribute as the implement to develop the statement positioning, according to Kasali (1998) had several other methods that could be utilized, that is:

1. Positioning based on the difference product
Marketer could show to his target market the location of the difference of his product against his competitor's product (unique product features). The producer who produced the parity product could follow this method of winning the competition, but this method had the weakness that is the difference that was featured by the producer was easy to be copied by his competitor.

2. Positioning based on the product benefit
The Benefit of the product could be also featured as positioning as long as being regarded as important by the consumer. There were many forms benefit that could be featured like time, the ease, the clarity, honesty, the enjoyment, cheap, the guarantee, et cetera. The benefit could be economical (cheap, natural, in accordance with its quality), physical (durable, good, eye catching) or emotional (related to self image).

3. Positioning based on consumption
In this method the attribute featured by the use of this product. Positioning this method expected the consumer always to remember and use the producer's product at the time of specific times.

4. Positioning based on the category product
Positioning by this way, usually done by new products that emerged in a category of the product.

5. Positioning based on the competitor
In Indonesia the marketer was forbidden to advertise his product by comparing himself to his competitors. In modern advertising, positioning was based on the competitor is the matter that begins to normally everywhere. In America the comparative advertisement was allowed because of being proven could appoint small companies that compared himself with big companies. Whereas in Indonesia, because the direct comparison was banned, the marketer could use the method indirectly.

6. Positioning through imagination
Positioning was an associative relations, to could develop positioning the producer's product could use imaginations like the place, the person, objects, the situation, et cetera for developed associative the consumer of the target would the producer's product.

7. Positioning based on problems
Positioning was carried out for products or new services that were not yet known. The product (goods or services) usually was created to give the solution to the consumer. The problem that was felt in the community or was experienced by the consumer was promoted to the surface, and the products that were offered were positioned to solve this problem. This problem usually is connected with something that was actual, could take the form of the short-term problem that the time very short to be overcome (or the community immediately changed to the problem that was considered more important) or a dynamic or long-term problem.

5. COMPILED OF POSITIONING
When the marketer could identify and sort as well as choose the strategy positioning that will be used then must be carried out by several steps in compiled positioning. According to Kartajaya (2004) several steps that must be carried out in compiled positioning were:

1. Identifying the relevant target segment target
The Step in early of compiled positioning was by understanding well the segment of the market that will become the target market so as positioning that was compiled really exact by the customer perception.

2. Determine consumer frame of reference
After identified the target market, then the further step is decisive the “gender” of category product. For example, the positioning of Starbucks “the world’s finest coffee experience”. Positioning clearly showed how Starbucks determined the "gender” is not as the stall or the coffee restaurant that introduce the delicious of their coffee but rather as the place enjoyed “experience” to enjoy the atmosphere.

3. Formulated “point of differentiation”
Positioning must clearly showed the difference with the competitor. Moreover positioning also must be able to determine the reason why the consumer bought the product.

4. Determined the competitive advantage of the product
The Company also must be able to convince the consumer that this differentiation not only at surface, but really could be enjoyed as something that was different from the competitor.

6. POSITIONING MISTAKES
Philip Kotler in Kasali (1998) mentioned 4 (four) the mistake kind that could happen in positioning. These mistakes were as follows:

1. Under positioning
The product called under positioning if this product did not have the clear position in the consumer mind, so as the consumer regarded it was the same as the competitor's other product in the market.

2. Over positioning
This mistake happened as resulting from marketer too narrow in positioning their product so it could be reduce the interest of the consumer who entered the segment of their market.

3. Confused Positioning
The consumer could experience the hesitation because marketer too many attributes.

4. Doubtful positioning
This positioning is made hesitate because the truth was not supported by adequate proof. The consumer did not believe, because apart from being not supported by strong proof, the consumer had the certain experience towards this make, or marketing mix that was appointed inconsistent with the existence of the product.

CONCLUSION
Nowadays a trend of shape concerned is very popular globally. Consumer tends to prefer and buying more of healthy product and also low/non calories products. Lifestyle of people changing from eating junk foods to low/non calories products even become a vegetarian. Not only shape concerned but some of a dangerous disease also cause from consuming sweet and high fat foods. Therefore marketers see this opportunity in the market and try to invent any goods that can fulfill the demand of consumers in the market.

Structural market trends cannot be changed through launching Star Products and Brands. But the latter can make indeed make a lot of sense from a financial and marketing point of view, even in mature markets.

Coca-Cola has been struggling for years within its soft drinks division, mainly due to the sharp decline of this market in its core market: The USA. Reason for this has been a shift of preference towards healthier drinks such as mineral water, juices and energetic drinks (sure that energetic drinks are not that healthy, but people perceive them as such). Coca-Cola Co was aware of this trend and has been able to enter successfully into this new market, but also had to do something for its soft drinks.

The solution has come by launching something new and aligned with what the market is asking for: The Zero sub-brand. Before launching it, Coca-cola had its regular Coke + a light one. The first was perceived as unhealthy, while the second was viewed as having a weird taste by many customers that were looking for something else. Solution for this? Coming out with something that had the best of each one: A new version that had the full flavor of the regular one while not having sugar at all.

Strategi Yamaha Mengolah KRISIS


Yamaha Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang berkecimpung dalam industri kendaraan bermotor roda dua di Indonesia. Dalam perjalanannya, perusahaan ini hampir saja tutup pada krisis moneter tahun 1997. Perusahaan asal Jepang yang telah beroperasi sejak lama di Indonesia tersebut merasakan dampak dari krisis moneter yang menerpa Indonesia tahun 1997-1998. Meskipun demikian, seiring dengan kondisi perekonomian yang kembali merangkak naik, Yamaha mampu untuk bertahan dan semakin berkembang dalam industri kendaraan bermotor roda dua di Indonesia hingga saat ini.

Namun Yamaha menyadari bahwa bertahan dalam industri saja belumlah cukup. Strategi harus dirumuskan dan diimplementasikan untuk dapat menjaga kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan ditengah menghadapi persaingan menghadapi para pesaing lokal maupun internasional, menganalisis lingkungan ekonomi yang terus berubah, mengetahui selera konsumen yang sulit untuk ditebak, mencari terobosan ditengah terjadinya krisis yang menerpa Indonesia untuk yang kedua kalinya yang diakibatkan oleh krisis global tahun 2008, serta menjaga keharmonisan kinerja karyawan dalam tubuh perusahaan itu sendiri.



VISI DAN MISI YAMAHA INDONESIA
Memiliki visi untuk menjadi “Selalu Terdepan” mendorong Yamaha untuk selalu unggul dalam kompetisi produk, kualitas, layanan, serta layanan pasca penjualan agar citra Yamaha sebagai motor yang nyaman dikendarai dan memberi perasaan bangga dapat terbentuk. Visi tersebut didukung dengan melakukan inovasi tiada henti dan selalu mengutamakan kualitas, berfokus pada kesempurnaan produk, serta aspek pelayanan kepada konsumen.
Investasi dalam fasilitas manufaktur dan fasilitas pendukung yang terus dikembangkan seperti adanya fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2, teknisi dan lebih dari 6000 staff yang terlatih, kapasitas produksi lebih dari 3500 sepeda motor sehari, tiga jalur perakitan yang beroperasi 24 jam serta dukungan fasilitas penunjang yang lengkap (penelitian dan pengembangan, pelatihan khusus, dan fasilitas penunjang modern) membuktikan komitmen Yamaha dalam mencapai sasaran.

Kepedulian Yamaha untuk turut serta menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat juga menjadi misi tersendiri bagi perusahaan. Selain mendukung berbagai program sosial, perusahaan juga menyediakan kursus dan pelatihan kepada mahasiswa mengenai teknik sepeda motor. Dengan fasilitas yang sama, perusahaan juga memberikan pelatihan teknik kepada individu perorangan diluar perusahaan, berupa bimbingan bagi mereka yang berminat untuk menjalankan usaha kecil pelayanan dan perawatan sepeda motor (bengkel). Salah satu program yang sangat populer dan telah berlangsung lama di Indonesia adalah penyelenggaraan tahunan balap sepeda motor Yamaha, yang membuka peluang bagi para pemenang yang berbakat untuk mendapatkan sponsor penuh dalam Yamaha Racing Team dan berkesempatan untuk turut serta dalam ajang balap sepeda motor internasional.

PERUMUSAN DAN IMPLEMENTASI STRATEGI
A. Faktor Eksternal

1. Dampak Krisis Moneter yang Lalu
Yamaha Indonesia sempat berada pada titik kritis pada masa krisis. Bahkan pada yahun 1999 keputusan untuk tutup nyaris dilakukan, karena saat itu Yamaha hanya sanggup menjual tidak lebih dari 74.000 unit motor. Jika diibaratkan, kondisi Yamaha Indonesia saat itu berada pada kondisi hidup dan mati.

Ada beberapa strategi yang diterapkan oleh Yamaha untuk menghadapi krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang lalu agar tetap dapat eksis dalam persaingan industri kendaraan motor beroda dua di Indonesia, antara lain:

1) menerapkan strategi cash flow management, yaitu dengan cara menggenjot ekspor Yamaha ke luar negeri untuk mengimbangi program efisiensi di internal.

2) tetap menjaga eksistensi Yamaha melalui cara selective strategy dalam marketing campaign yang dilakukannya dan menjaga kehidupan para dealer Yamaha dengan cara menaikkan keuntungan dua kali lipat untuk tiap unit produk Yamaha yang terjual oleh dealer.

Dengan dua strategi ini, Yamaha terbebas dari krisis dan menjadi pijakan bagi proses pengembangan berikutnya


2. Masa Pasca Krisis Moneter
Untuk menghadapi krisis, Yamaha meluncurkan strategi dengan cara melakukan konsolidasi internal dan secara perlahan membangun pasar. Ketika krisis sudah bisa dilewati oleh Yamaha, maka pada tahun 2002, Yamaha melakukan reformasi. Mulai dari posisi no action menjadi action kembali. Hal tersebut didukung oleh Yamaha Jepang yang siap memberikan komitmennya kembali. Ada empat strategi yang diterapkan oleh Yamaha Indonesia ketika itu, antara lain:

1) Pengembangan Produk
Yamaha melakukan strategi pengembangan produk dengan mengeluarkan dua produk barunya, yaitu produk sepeda motor 4 tak menggantikan motor 2 tak (market-based product development), dan produk sepeda motor otomatis (market-driving product development). Maka keluarlah Yamaha Jupiter untuk produk sepeda motor 4 tak, yang dibuat dengan menonjolkan kesan hi-tech, sporty-keren, mesin yang bagus, bentuk yang dinamis, lampu kristal dengan warnanya yang bergaya daytone racing.
Di kategori otomatis, Yamaha mengeluarkan Yamaha Mio yang dikembangkan dengan menyasar pasar wanita yang masih takut mengendarai motor. Akhirnya muncullah Mio yang mudah dikendarai, ringan, warna yang sesuai dengan soul wanita, tetapi bisa dipacu dengan kecepatan tinggi.

2) Komunikasi
Pengembangan produk menjadi unggul ternyata belum cukup untuk mendongkrak brand maupun penjualan Yamaha. Hal ini terbukti pada Yamaha Jupiter. Di awal kemunculannya Jupiter masih dipersepsi motor 2 tak, lampunya meniru motor Cina, dan warna orange khas daytone racing-nya dipersepsi seperti warnanya “tukang pos”. Akibatnya, penjualan Jupiter belum optimal. Menghadapi hal itu, lalu Yamaha mengubah image melalui aktivitas komunikasi. Mereka tidak lagi menggunakan pendekatan hi-tech, tapi menggunakan pendekatan humor. Dengan menggunakan endorser seperti Komeng, Tessa, Dedi Mizwar, dan Didi Petet, yang kesemuanya ‘konyol abis’, awereness Yamaha pelan-pelan terdongkrak. Pesan-pesan yang merubah persepsi negatif Yamaha pun lama-lama bergeser menjadi positif. Untuk menjelaskan bahwa “Yamaha 4 tak”, digunakan ungkapan “Yamaha tidak menggunakan oli samping”. Untuk mengubah persepsi warna “Tukang pos”, digunakan ungkapan “Yamaha warnanya indah”. Sedang persepsi “body gemuk” dipakai ungkapan “sexy”.
Pada Yamaha Mio, setelah berhasil di pasar wanita, mereka mencoba mengembangkan ke segmen laki-laki, termasuk juga orang tua. Yamaha Mio melakukan komunikasi dengan Iklan TVC yang memperlihatkan seorang ibu naik motor dengan gaya stand up, kemudian iklan dengan lakon banci, sehingga tercipta persepsi kalau Yamaha Mio bisa digunakan oleh siapa saja. Di lapangan, fakta itu terjadi. Banyak anak muda, laki-laki dan perempuan serta orang tua mengendarai Yamaha Mio.

3) Customer Management
Aktivitas pengelolaan pelanggan dibangun oleh Yamaha dengan tiga pilar, yaitu customer satisfaction avtivities, customer delighted activities, dan customer fanatic activities. Kepuasan pelanggan dilakukan Yamaha melalui para dealernya dengan menyempurnakan after sales service. Secara terus menerus Yamaha melakukan pelatihan bagi staf dealer maupun bengkel, hingga mereka dapat memberikan layanan sempurna pada para pelanggan.
Sedangkan customer delighted activities diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti : memberikan servis gratis, pelatihan safety riding, menguruskan SIM secara koletif bagi pembeli motor Yamaha, games, dan entertainment berupa nonton bareng MotoGP.
Untuk membentuk fanatisme para bikers dilakukan oleh Yamaha dengan membangun klub pemilik Yamaha, turing bersama, gathering pelanggan di dealer-dealer Yamaha, hingga lomba masak.

4) Brand Management
Yamaha mengusung “Selalu Terdepan” sebagai brand statement-nya. Citra ini diperkuat dengan aktivitas Above The Line (ATL) melalui iklan TVC bertema “Yamaha Selalu Terdepan”. Di aktivitas ATL-nya, Yamaha menggelar konser Dewa, gratis bagi pemilik STNK Yamaha. Selain itu, Yamaha juga melakukan turing keliling ASEAN Yamaha Jupiter MX dan jumpa Miss Universe dan Miss Indonesia di Bali.


3. Pengaruh Krisis Global
Krisis ekonomi global menjadi faktor yang melemahkan penjualan sepeda motor di Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh komponen sepeda motor yang masih diimpor telah membuat harga motor terdongkrak 5%-10%. Pada saat yang sama, lembaga kredit tidak lagi mengucurkan pinjaman bagi konsumen, padahal daya beli konsumen juga turut menurun. Pada kondisi ini, salah satu strategi yang dilakukan oleh Yamaha adalah dengan melakukan pendekatan kepada pihak leasing untuk tetap mengucurkan kredit dengan alasan bahwa kredit yang dilakukan oleh konsumen dalam melakukan transaksi adalah kredit riil, bukan kredit semu seperti sub-prime mortgage yang bermasalah di Amerika Serikat. Mengingat bahwa permintaan akan produk Yamaha masih tetap tinggi, hal ini terbukti dari banyaknya terjadi indent karena jumlah permintaan yang lebih tinggi daripada kapasitas produksi, sehingga kelancaran pemberian kredit akan membantu konsumen dalam mendapatkan produk Yamaha.

4. Pasar Bebas ASEAN dan Globalisasi
Gempuran produk-produk dalam dan luar negeri di masa mendatang tentunya akan semakin banyak, mempertimbangkan bahwa pasar kendaraan motor beroda dua di Indonesia sangat potensial karena Indonesia merupakan salah satu negera dengan jumlah populasi penduduk terbanyak di dunia. Hal ini sudah terbukti dari banyaknya produk motor beroda dua buatan Cina yang masuk ke dalam pasar Indonesia. Belum lama ini, produk motor beroda dua asal Jerman juka ikut ambil bagian dalam industri ini.
Tidak mau ketinggalan, produk dalam negeri mulai mengincar pasar ini dengan target segmen konsumen yang berbeda, yaitu motor listrik yang tidak memerlukan bahan bakar minyak. Tentunya semakin ramai suatu industri akan membuat gairah industri tersebut semakin menggeliat. Namun, di satu sisi, para pemain yang ada dalam industri harus mampu untuk tetap memberikan keunggulan kompetitif bagi konsumennya.
Yamaha Indonesia, dalam hal ini memiliki nilai bersaing yang mengoptimalkan poin diferensiasi yang dimunculkan pada teknologi produknya. Desain serta kecepatan juga menjadi salah satu nilai tambah pada berbagai produknya. Semakin banyaknya varian produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan selera konsumen sepertinya sudah menjadi sebuah kekuatan dalam mengatasi persaingan dalam industri kendaraan motor beroda dua di Indonesia

5. Keterbatasan Bahan Bakar Minyak Dunia dan Indonesia
Adanya ancaman yang akan timbul karena keterbatasan bahan bakar minyak bersamaan dengan ditetapkannya kebijakan pemerintah pada tahun 2004 yang lalu, tentang pelarangan penggunaan mesin 2-tak, maka Yamaha mulai beralih dan berfokus pada mesin 4-tak dan mesin matik. Strategi ini didukung dengan strategi komunikasi pada berbagai media pemasaran dengan tujuan menyadarkan masyarakat bahwa konsumsi bahan bakar minyak pada produk Yamaha hanya satu sendok lebih banyak dari sepeda motor kompetitor. Takaran yang hanya “satu sendok lebih banyak” tersebut dibayarkan dengan tingkat teknologi yang menyebabkan sepeda motor Yamaha memiliki kecepatan yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan pada pesaingnya.

6. Perubahan Gaya Hidup Konsumen
Perubahan gaya hidup konsumen memunculkan peluang baru bagi Yamaha untuk meluncurkan produk motor matik yaitu Yamah Mio. Peluncuran Yamah Mio menjadi sebuah implementasi Strategi Blue Ocean bagi Yamaha karena ketepatan mengeksekusi pasar sasaran secara segmentasi demografis yang masih belum digarap oleh pemain kendaraan motor beroda dua lainnya. Yamaha Mio menawarkan sebuah solusi bagi sebagian besar wanita yang masih takut untuk mengendarai motor karena malu, takut kotor, takut digoda lawan jenis, dan takut jatuh. Kalau pun ada yang berani, hanya sebatas untuk keperluan yang dekat-dekat saja. Yamah Mio yang mudah dikendarai, ringan, warna yang sesuai dengan soul wanita, tetapi bisa dipacu dengan kecepatan tinggi menjadi sebuah jawaban bagi para konsumen dari segmen wanita.
Terjadi brand switching secara signifikan ketika Yamah Mio diluncurkan. Meskipun bukan pemain pertama yang meluncurkan motor matik, namun Yamah Mio menguasai Blue Ocean karena merupakan produk matik pertama yang secara khusus melayani segmen wanita. Menariknya lagi adalah selain digemari oleh konsumen wanita, Yamaha Mio juga sangat diminati oleh konsumen laki-laki, sehingga Yamah meluncurkan varian Yamaha Mio dengan desain yang bisa dinikmati oleh semua konsumennya. Yamaha Mio akhirnya kini menjadi market leader dan trend setter (market driven) bagi merek lainnya. Terbukti akhirnya Honda dan Suzuki juga mengeluarkan produk di kategori yang sama.


7. Keadaan dan Perubahan Teknologi
Tuntutan persaingan menyebabkan setiap pemain dalam industri kendaraan motor beroda dua untuk mengembangkan teknologi baru untuk memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Teknologi yang berubah menjadi sebuah kunci bagi perusahaan untuk mendeferensiasikan produknya dibandingkan dengan para pesaing lainnya bagi konsumen.
Yamaha menyadari bahwa inovasi di bidang teknologi akan menjadikekuatan bagi pengembangan produknya. Hal tersebut yang kemudian mendasari peluncuran varian produk baru Yamaha Jupiter yang memiliki keunggulan pada kategori premium manual transmission yang merupakan teknologi baru yang saat ini baru pertama kamlinya digunakan di dunia.
Dengan adanya terobosan dalam bidang teknologi ini, akan dibutuhkan waktu bagi pesaing untuk dapat meniru, hal ini akan berdampak pada terciptanya sebuah keunggulan bersaing bagi Yamaha di mata konsumen.


8. Pertumbuhan Ekonomi yang Akan Datang
Ancaman krisis global yang melanda dunia dan bangsa Indonesia saat ini tentunya akan mempengaruhi harga barang, tingkat pendapatan, serta kondisi perekonomian mendatang. Hal tersebut memaksa Yamaha untuk mampu melakukan perencanaan strategis, mencari terobosan dan melakukan inovasi secara terus menerus dalam merumuskan berbagai usaha dan strategi untuk menciptakan ketertarikan konsumen terhadap produk yang ditawarkan dalam pasar.
Pada kondisi seperti ini, Yamaha melakukan perluasan pabrik di Karawang, Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena adanya optimisme Yamaha bahwa selalu ada peluang dibalik terjadinya krisis. Hal tersebut mengacu pada analisa bahwa pemakai kendaraan roda dua akan terus meningkat karena semakin macetnya jalanan di kota-kota besar, semakin maraknya isu global warming, serta terus meningkatnya populasi penduduk di Indonesia yang berarti bahwa jumlah konsumen potensial semakin bertambah. Yamaha ingin melakukan maintenance kuantitas yang ada karena brand Yamaha yang semakin kuat. Hal tersebut terbukti dengan adanya jumlah indent yang cukup besar di tahun 2008
akibat dari kekurangan kapasitas dalam memenuhi permintaan konsumen.

9. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sebuah kebijakan yang melarang penggunaan mesin 2-tak untuk sepeda motor yang dikeluarkan pada tahun 2004 lalu. Sebelumnya, Yamaha mulai dikenal sebagai perusahaan spesialisasi motor 2-tak, salah satunya yang menjadi legenda adalah Yamaha King. Berfokus pada kecepatan kendaraan menyebabkan Yamaha terus berfokus pada mesin 2-tak.
Namun, adanya larangan tersebut menyababkan Yamaha kemudian merumuskan strategi untuk mengeluarkan varian produk-produk dengan mesin 4-tak tanpa mengurangi esensi dari kecepatan yang menjadi nilai diferensiasi Yamaha. Produk-produk motor bebek maupun motor sport tetap diluncurkan, dan dengan adanya pengembangan serta inovasi pada teknologi yang digunakan, menyebabkan Yamaha dapat menciptakan motor dengan mesin 4-tak yang tetap berfokus pada kecepatan sehingga positioning dalam benak konsumen terhadap kecepatan motor Yamaha tidak berubah meskipun saat ini Yamaha tidak lagi menggunakan mesin 2-tak.


B. Faktor Internal
Terjadinya krisis keuangan secara global saat ini berimbas pada penurunan tingkat permintaan jumlah sepeda motor pada akhir tahun 2008, dan diproyeksikan penurunan jumlah permintaan akan terus terjadi hingga semester pertama 2009. Namun, meskipun terjadi penurunan permintaan, tidak seperti perusahaan-perusahaan besar lainnya yang merumahkan karyawannya, Yamaha Indonesia menyiasati dengan menyusun perencanaan strategis dengan tidak melakukan PHK. Strateginya adalah dengan cara melakukan pengurangan shift kerja dan hari lembur karyawan.

Selain itu, yang unik di tengah terjadinya krisis global adalah strategi Yamaha untuk mengucurkan dana sebesar US$ 88 juta untuk melakukan perluasan pabrik di Karawang, Jawa Barat. Perluasan pabrik ini akan menaikkan produksi dari 870 ribu unit per bulan pada 2008, menjadi 1,5 juta unit pada 2009. Hal ini muncul karena adanya optimisme Yamaha bahwa selalu ada peluang dibalik terjadinya krisis. Hal tersebut mengacu pada analisa bahwa pemakai kendaraan roda dua akan terus meningkat karena semakin macetnya jalanan di kota-kota besar, semakin maraknya isu global warming, serta terus meningkatnya populasi penduduk di Indonesia yang berarti bahwa jumlah konsumen potensial semakin bertambah. Adanya keunggulan bersaing dalam segi teknologi juga tentunya akan mendukung kekuatan internal perusahaan untuk tetap mampu menghasilkan produk yang tetap diminati oleh para konsumennya.


REKOMENDASI
Krisis yang pernah terjadi pada tahun 1997 yang lalu dan kembali terjadi pada tahun 2008 menjadi sebuah tantangan bagi Yamaha untuk dapat tetap mempertahankan diri sebagai salah satu pemain papan atas dalam industri kendaraan motor beroda dua di Indonesia. Meskipun krisis selalu mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah penjualan serta mengakibatkan munculnya ancaman bagi perusahaan karena kondisi eksternal yang diluar kendali perusahaan, namun perusahaan harus bisa untuk merumuskan strategi untuk merubah kondisi tersebut menjadi sebuah peluang dan kesempatan.

Pada beberapa tahun terakhir ini, terjadi switching customer yang cukup besar pada kategori motor otomatik, selain itu menurut data dari Yamaha Indonesia, pertumbuhan motor otomatik tahun 2008 mencapai hampir 80% bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, strategi yang bisa dirumuskan oleh Yamaha Indonesia adalah menyasar model motor matik dengan harga yang bisa dijangkau oleh konsumen Indonesia. Strategi low price category bisa menjadi pilihan bagi Yamaha Indonesia untuk tetap bisa melayani semua lapisan konsumen. Meluncurkan varian produk dengan harga yang lebih murah sepertinya akan dapat menjadi jawaban dalam menghadapi persaingan pada kondisi krisis. Prinsipnya adalah memenangkan hati konsumen, tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga menyediakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga tercapai kepuasan konsumen terhadap brand Yamaha.



Kamis, 25 Juni 2009

my blog soft opening

dear all,
mohon maaf,
blog ini masih dalam tahap pembuatan.
segera akan dilakukan grand launching.
terima kasih